Minggu, 12 Oktober 2008

Pada senin, 13 Oktober 2008

Apa yang marak di koran akhir-akhir ini?

Sesuatu yang dari namanya saja sudah tampak kontroversial.
"Krisis keuangan global"..

Saya bukanlah orang yang tepat apabila disuruh untuk menjelaskannya.
Jujur saja, yang saya tahu hanyalah ini bermula dari Amerika.
Kemudian meluas hingga ke banyak belahan dunia.

Tapi hal yang paling menarik perhatian saya adalah apa yang selanjutnya akan menimpa masyarakat.
Dan masyarakat yang saya maksud adalah 'masyarakat kebanyakan'.
Mereka yang bahkan mungkin tak mengerti arti krisis keuangan, apalagi runtun ceritanya.
Mereka yang tak mau tahu perkara harga saham anjlok atau turun.
Mereka yang cuma peduli jika harga makanan meroket atau jika pendapatan mereka turun.

Saya pernah mendengar jika bapak wakil presiden kita bilang
'krisis ini tidak akan banyak mempengaruhi Indonesia karena krisis ini adalah krisis 'di langit'.
Bukan krisis di pasar-pasar tradisional, bla...bla..'

Atau salah seorang menetri yang bilang krisis ini hanya menimpa orang kaya.

Benarkah?

Mungkin mereka lupa, kalo dari langit pasti ada yang jatuh ke bumi.
Entah sinar matahari, entah rintik hujan, entah salju atau bongkahan es.

Dan sedikit banyak pasti mempengaruhi 'masyarakat kebanyakan.'


KIta ambil contohnya.
Saya bukan pemain saham atau milyuner dengan bisnis berbasis ekspor.
Saya cuma mahasiswa biasa yang kebetulan sangat membutuhkan laptop untuk mengerjakan tugas kuliah.

Kemudian dari media saya tahu bahwa nilai tukar rupiah melemah.
Saya bingung.
Haruskah saya beli sekarang atau menunggu hingga berminggu-minggu lagi?
Sebab tidak ada yang menjamin bahwa minggu depan atau minggu-minggu setelahnya,
saya masih bisa membeli laptop.

MUngkin nanti rupiah semakin melemah.
Atau mungkin nanti uang saya habis digunakan untuk keperluan lainnya.

Dan 'informasi yang tak sempurna' ini membuat saya memutuskan untuk membeli laptop minggu ini.
Sebab saya bukanlah seorang 'risk lover'.

Dan apa yang saya temukan?
Harga yang beratus ribu lebih mahal.

Bahkan untuk sebuah laptop dengan seri yang sama,
dan baru dibeli oleh salah seorang teman saya tepat satu minggu yang lalu,
harganya telah melonjak lebih dari 10%.

Artinya,jika saya membeli laptop seharga 5 juta, maka saya harus membayarnya lebih mahal 500 ribu.
Dan harganya meningkat hanya dalam waktu satu minggu.

Lalu bagaimana jika saya tidak bisa membayar untuk kenaikan harga, karena misalnya uang yang saya miliki 'pas-pasan'?
Hanya ada dua pilihan:
Membeli yang lebih murah
Atau tidak membelinya.

Biaya yang harus saya bayar dari 'krisis keuangan' ini rupanya sangat mahal.
Dan ini baru satu contoh kecil.

Bagaimana dengan harga barang lainnya?
Masyarakat sudah trauma dengan apa yang disebut 'krisis'.
Dan mereka mungkin saja akan melakukan penimbunan besar-besaran, meskipun sebenarnya komoditas makanan untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan mencukupi.

Lalu, terbersit pertanyaan:
Siapa yang mampu menimbun?
Hanya orang-orang yang memiliki uang lebih, bukan?

Lantas, 'masyarakat kebanyakan'yang hanya memiliki penghasilan pas-pasan,
cuma bisa 'berebutan dari sisa-sisa'.

Mungkinkah itu gambaran yang akan ada di koran pada hari-hari mendatang?
Entahlah. Saya hanya bisa berdoa bahwa dugaan saya salah.

Jumat, 10 Oktober 2008

Salam kenal semuanya,,

Phiewwww...
Alhamdulillah..
Akhirnya blog ini berhasil dibuat!!
Yippie..

Blog ini mungkin tidak akan banyak berisi komentar kritis atau ilmiah mengenai sesuatu
Mungkin hanya sebuah kontemplasi,,
Mungkin hanya sebuah pemikiran yang tercetus tiba-tiba,,
Mungkin tulisan ketika rasanya kat-kata tak mampu diucapkan,, atau takut dikatakan?
Mungkin tulisan ketika hanya ingin menulis..

Dan mengenai nama blog ini?
Bukan hanya karena kecintaan pada warna hijau ataupun hobi meminum teh hijau..
Tapi ada sesuatu di balik semuanya,,

Mohon kerja samanya, ya..

Cheers,

-Via-